Fakta sejarah menunjukkan bahwa Bathoro Katong hidup dan wafat pada abad ke-15. Namun dalam tradisi lisan masyarakat Boyolali, beliau justru dikisahkan hadir pada abad ke-18 hingga ke-19.
Mengenal Sendang & Petilasan Bethara Katong
Fakta sejarah menunjukkan bahwa Bathoro Katong hidup dan wafat pada abad ke-15.
Namun dalam tradisi lisan masyarakat Boyolali, beliau justru dikisahkan hadir pada abad ke-18 hingga ke-19. Kemungkinan besar cerita ini merupakan bentuk memori kolektif tentang pengaruh dakwah Islam pada masa awal yang kemudian “diproyeksikan” ke sosok Bathoro Katong. Karena itu, Masjid Soejoedan sering dipandang sebagai salah satu jejak spiritual beliau, meskipun secara kronologi sejarah hal tersebut tidak sepenuhnya sesuai.
Fenomena seperti ini umum terjadi dalam tradisi tutur Jawa: tokoh sejarah besar—seperti Bathoro Katong, Ki Ageng Pandanaran, atau Sunan Kalijaga—sering dikaitkan dengan banyak tempat kendati waktunya tidak selaras dengan catatan sejarah.
1. Bathoro Katong dalam catatan sejarah
Nama aslinya Raden Katong atau Lembu Kanigara, adik Raden Patah (Sultan Demak I). Ia bertugas menyebarkan Islam di Ponorogo pada akhir abad ke-15 (sekitar 1480–1500). Diperkirakan wafat pada penghujung abad ke-15, jauh sebelum tahun 1600.
2. Cerita mengenai singgahnya Bathoro Katong di Boyolali (1700–1800)
Cerita rakyat Boyolali menempatkan sosok Bathoro Katong pada periode 1700–1800, sehingga terdapat pergeseran waktu sekitar 200–300 tahun. Pergeseran ini biasanya terjadi akibat:
- Tradisi lisan: peristiwa yang diceritakan turun-temurun tanpa dokumentasi tertulis sehingga kronologi bergeser.
- Sinkretisme budaya: tokoh yang dihormati “diabadikan” dalam ingatan masyarakat sehingga seolah-olah hadir di masa yang lebih dekat.
- Kemungkinan lain: yang singgah sebenarnya adalah keturunan, murid, atau pengikut beliau, namun dalam cerita berkembang menjadi “Bathoro Katong”.
3. Keterkaitan dengan Masjid Soejoedan
Sangat mungkin masjid atau langgar di Kiringan kemudian dikaitkan dengan kisah persinggahan Bathoro Katong untuk memperkuat nilai historis dan kesakralannya. Dalam babad Jawa, ketidaksesuaian kronologi seperti ini memang sering terjadi: tokoh abad ke-15 dapat diceritakan seakan hadir pada abad ke-18 atau ke-19.
Desa Wisata Kiringan Lestari
Pasar Ngat Legi
Cari pengalaman kuliner otentik di Boyolali yang tak terlupakan? Pasar Ngat Legi jadi pilihan!
Masjid Soejoedan
Arsitekturnya yang khas memadukan filosofi bangunan Jawa dengan fungsi religius, menciptakan suasana yang teduh dan khusyuk
Mata Air Dewi Pancuran
Mata Air Dewi Pancuran bukan sekadar sumber air, melainkan sumber kehidupan dan legenda bagi masyarakat Desa Kiringan
Jelajahi Sekarang Juga
Wisata Edukasi
Belajar tak harus di ruang kelas. Di Desa Kiringan, wisata edukasi menghadirkan pengalaman langsung—dari sejarah candi, tradisi budaya, hingga kearifan lokal yang penuh makna
Wisata Budaya
Jelajahi jejak sejarah dan tradisi yang hidup di Desa Kiringan, dari pesona candi kuno hingga kekayaan budaya yang diwariskan turun-temurun.
Wisata Kuliner
Setiap sajian kuliner di Desa Kiringan bukan hanya makanan, melainkan cerita tentang budaya, tradisi, dan kehangatan masyarakatnya





